BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Resensi Buku ini dibuat untuk memenuhi Tugas Akhir Sekolah mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang resensi sebuah buku di sini penulis
akan meresensi novel yang akan membuka unsur-unsur yang ada dalam sebuah novel, baik unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik mengenai isi novel yang diresensi.
Isi certa dalam novel ini dapat didefinisikan
sebagai suatu kajian cerita yang menggambarkan dan memaparkan tentang kehidupan
manusia mengenai usaha untuk menjadi orang yang dapat dihargai dalam masyarakat
umum.
Oleh karena itu alasan kami memilih judul
novel ini karena tidak semua novel yang ada disekitar kami dapat mendongkrak
minat pembaca untuk membaca novel. Tidak seperti novel yang berjudul “Fatty
Cow” ini adalah novel yang menarik untuk dibaca karena di dalamnya banyak
terdapat motifasi-motifasi bagi orang yang kuang pede. Dari alur cerita ini
kami meresensikan novel ini tentang maksud yang terkandung di dalam cerita.
B.
Maksud dan Tujuan
Penyusunan Resensi Buku ini bertujuan agar
seluruh siswa siswi SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dapat mengapresiasikan
salah satu karya sastra dan untuk menambah wawasan mengenai karya sastra yang
ada.
Adapun maksud dan tujuan dibuatnya Resensi Buku ini adalah sebagai
berikut:
·
Sebagai Tugas Akhir Bahasa
indonesia dan sebagai salah satu syarat kelulusan.
·
Memperkenalkan tentang salah satu karya sastra
yang ada.
·
Meningkatkan dan menambah pengetahuan tentang karya
sastra.
·
Sebagai wadah siswa untuk menerapkan materi dari sekolah.
·
Mengapresiasikan karya sastra yang ada.
BAB II
ISI
A.
Identitas Buku
a.
Judul Buku : Fatty
Cow
b.
Jenis Buku : Fiksi
c.
Pengarang : Artika
Maya
d.
Penerbit : Orakel
e.
Kategori : Remaja
f.
ISBN : 979-38131-1-3
g.
Text : Bahasa Indonesia
h.
Jenis
Cover : Soft Cover
i. Cover : Warna ungu dengan gambar animasi cewek
j.
Cetakan : I
- Yogyakarta, Juni 2005
k.
Halaman Buku : 132
Halaman
l.
Panjang : 19
cm x 13 cm
m.
Tebal Buku : 0,5
cm
n.
Jenis Kertas : Buram
o.
Harga Buku : Rp
22.500,00
B.
Isi
a.
Sinopsis
Namaku Tiara Suti, tapi lebih lazim dipanggil dengan
sebutan Suti. Aku dan Mama baru saja pindah di kota ini dan kami tak tahu
banyak tentang sekolah-sekolah yang ada di kota ini. Mama hanya ingat bahwa aku
suka menggambar dan mendesain. Barbekal ingatan itu, Mama pun mencoba
memilah-milah sekolah mana yang pantas untukku. Dan terpilihlah satu sekolah
yang dirasa mama cukup pantas untukku, yaitu High School of Desain
Hari-hariku di sekolah kulalui dengan caci maki dan
hinaan dari siswa/siswi di sekolahku. Bahkan, aku mendapat julukan di sekolah
sebagai Fatty Cow, satu-satunya penghuni sekolah yang paling dijauhi, si berat
badan 76 kilogram dengan tinggi 163 sentimeter.
Karena terlalu banyak masalah, aku pun memutuskan
untuk pergi ke desa tempat aku kecil dulu. Aku tinggal di desa selama seminggu
sementara mamaku pergi ke Jepang untuk urusan bisnis. Di desa aku bertemu
dengan Eyang Projo, seorang kakek yang menasihati dan menyamangatiku.
Berkat Eyang Projo, aku pun kembali ke rumah dan
bersekolah kembali. Saat kembali masuk ke sekolah, aku terkejut ada seorang
cowok yang menduduki bangkuku, ternyata ia adalah seorang murid baru. Namanya
Dewa, penampilannya urakan tapi kepribadiannya sangat menyenangkan. Dan ia
sekarang menjadi sahabatku, padahal sebelumnya tidak ada yang mau berteman
denganku.
Nadya, si perfect
women menyukai Dewa dan ia mengancamku untuk tidak mendekati Dewa lagi.
Tapi aku tak memperdulikan Nadya, karena aku tidak takut dengan ancamannya.
Menurutku, dekat dan berteman dengan Dewa bukanlah suatu tindakan kriminal.
Tapi bila aku menjalani apa yang diinginkan Nadya, itulah yang disebut tindakan
kriminal karena menjauhi teman yang tulus dengan kita. Ujian akhir akan segera
dimulai, ujian diselenggarakan dengan mengadakan Pementasan Gaun Malam. Aku pun
mulai bingung siapa yang akan menjadi modelku, dan aku pun berfikir kalau aku
menurunkan berat badanku, aku bisa menjadi model yang memperagakan busana
rancanganku.
Lama-kelamaan,
karena sering tidak bertemu dengan mama, aku mulai berfikir kalau mama mulai
jenuh dengan keadaan fisikku yang buntal ini. Aku pun mulai berniat untuk diet
menurunkan barat badanku ini. Dietku kuawali dengan makan menu makanan yang
diberikan oleh dokter, kemudian aku pun diberi saran oleh Dewa kalau tidur
diatas jam dua belas malam, itu bakal ngurangin barat badan dengan cepat.
Diet yang kujalani tampaknya mulai berhasil, barat
badanku turun mulai dari 3 kg dalam 1 minggu, lalu seminggu sekali aku
menghilangkan lemak-lemakku di dokter. Kemudian, aku pun mulai berkonsutasi
dengan Bi Num (pembantuku), seperti siapa ukuran tubuhku jika telah turun 22
kg. kata Bi Num, ukuran tubuhku akan seperti Diah, putrid Pak Nurdin (supirku).
Tanpa sadar, setelah semalam aku berendam di Bathtub dengan air hangat dan aroma
terapi aku terbaring di Rumah Sakit. Di sampingku berdiri Boris (tukang
kebunku), Bi Num (pembantuku), Pak Nurdin (sopirku), dan juga mama. Ternyata
karena terlalu memaksakan untuk diet, aku pun jatuh sakit dan mama pun sedih
melihatku seperti ini.
Tiga bulan kemudian, aku mampu berdiri tegak di atas
alat penimbang badan. Kemudian aku pun menjerit kegirangan karena ternyata
berat badanku telah turun menjadi 51 kg yang semula 76 kg. Ujian akhir pun
berlangsung malam ini, meski berat badanku telah turun seperti apa yang
kuinginkan, aku memutuskan bahwa yang akan mengenakan gaun rancanganku adalah
Diah.
Ketika Diah hendak pergi ke Toilet, ia dibius oleh
Nadya, dan karena aku tidak melihat Dewa, aku pun memutuskan untuk mencarinya
karena gilirannya hampir tiba. Kemudian aku pun menemukan Dewa di dalam gudang
sedang dipukuli oleh 5 cowok yang ternyata adalah suruhan Nadya, karena ia
telah dendam kepada Dewa yang selalu menolaknya. Dan kerena kebingungan
mencariku dan Diah, akhirnya mamalah yang menjadi modelku, dan aku pun meraih
peringkat pertama.
Akhirnya, Nadya
dibawa ke Polisi begitu juga dengan kelima cowok yang mencelakai Dewa. Piala
kuterima beberapa hari setelah diadakan pemberian hadiah secara khusus karena
adanya musibah tersebut.
b.
Pokok-pokok penting
1. Sikap optinisme untuk menjadi orang yang lebih
baik.
2. Berprasangka baiklah pada keadaan yang
dialami.
3. Tetaplah semangat dan jalani kehidupan dengan
apa yang kamu punya.
4. Dimanapun kamu berada temukanlah kebebasan dan
ketenangan jangan pernah merasa tertekan dengan keadaanmu.
5. Jangan merasa terkikis, terluka dengan ucapan
mereka yang buat kamu terjatuh dari kenyataan hidup.
6. Kemenangan itu berasal dari pengalaman yang
buruk.
7. Jangan seperti “siput dalam cangkangnya”, harus
tegas dengan masalah yang kamu hadapi.
8. “memang orang tidak dapat melihat bayangan
dirinya dalam air yang mengalir tapi dia dapat melihat pada air yang diam”.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a.
Kelebihan dan kekurangan buku
·
Kelebihan
1. Ceritanya menarik, bahasanya juga seakan-akan
mengajak pembaca untuk ikut terjun dalam cerita.
2. Novel ini memberikan semangat bagi orang-orang
yang kurang pede dan menawarkan optimisme bagi para remaja, meskipun masih
terjebak dalam verbalisme.
·
Kekurangan
1. Ceritanya sangat singkat, masih ada bagian cerita
yang mengganjal.
2. Cetakan masih menggunakan kertas buram.
b.
Bahasa
Pengarang menggunakan
bahasa yang tidak baku supaya masyarakat umum, khususnya para remaja mudah
mengerti dari isi novel ini. Dan terdapat bahasa Inggris. Dan masih ada bahasa
unik yang digunakan oleh salah satu tokoh.
c.
Sistematika
Sistemetika novel ini disusun dengan membagi
cerita dalam beberapa judul yang pada setiap judul berbentuk paragraf-paragraf
yang urut yang menceritakan garis besar dari judul tersebut.
d.
Hal-hal menarik
1. Aku adalah manusia yang kesepian ditengah
keramaian dunia. Manusia yang tersudut di dalam sepi. (hal. 15)
2. Kenapa nggak diet aja? Aha... ya, kenapa tak diet? Mungkin itu pertanyaan
yang sedang kalian pikirkan saat ini. (hal. 22)
3. Gadis itu adalah Nadya Clara Jastiva yang dalam tubuhnya mengalir darah
Jerman dan Cina. Anak-anak di sekolah menyebutnya dengan julukan Perfect Women karena punya wajah yang
cukup cantik, tubuh yang memiliki tulang kecil dan ramping, luwes, pintar, dan
punya cowok yang juga menjadi favorite
di sekolah. (hal. 35)
4. Tekadku sudah bulat. Aku akan keluar dari
sekolah! Tak ada yang menghentikan langkahku. Aku sudah muak dengan anak-anak
sekolah yang selalu menjahatiku. Tapi sebelum mengundurkan diri, aku ingin
menjenguk makam Papa dan Eyang kakung lebih dulu. (hal. 46)
5.
..., cucuku ternyata mewarisi bakatku. Lukisanmu
bagus, Ti. Kalau di asah terus, kamu bisa jadi lebih hebat lagi. Rasa
bete-ku hilang seketika saat mendapat pujian dari eyang. Dan sejak itu aku
kerajinan melukis, (hal. 53)
6. “Kamu orang muda yang kreatif. Apa kamu kemari
untuk menenangkan pikiran?” (hal. 61)
7. Well, seperti yang diajarkan eyang Projo, bersikaplah yang tenang dengan sikap datar.
Dan ingat, semua yang kamu lakukan untuk membuat mamamu bangga. (hal. 70)
8. “Nah, untuk ujian akhir, saya sudah menetapkan
agar kalian mengadakan pentas pertama. Kalian mendesain sebuah gaun malam,
untuk model gaun yang akan memeragakan gaun itu, silahkan mencari model
masing-masing. Itu bukan hanya ujian akhir karena saya sebagai pihak sekolah
dan beberapa rekan lainnya menyiapkan tiga buah penghargaan bagi kalian yang
pantas mendapatkannya. Jadi... bersiaplah dari sekarang.” (hal. 81)
9. “Aku nggak seharusnya nyalahin Mama karena
sebenarnya yang patut disalahin ya aku sendiri. Bodoh sekali... kenapa baru
sekarang aku sadar? Uang saku cepat habis atau kurang, lagi doyan makan apa?
Pertanyaan yang berkaitan dengan makanan. Uukh, bego.. bego.. seharusnya aku
menangkap sinyal dari ucapan mama selama ini.” (hal. 93)
10. “Kamu harus hati-hati, Wa. Jangan-jangan
mereka suruhan si Nadya.” (hal. 102)
11. “Bahan
dari alam?” aku mengernyitkan dahiku bingung, tapi ide Boris barusan terdengar
unik juga. (hal.107)
12. Mama melepas pelukannaya lalu menatapku
lamat-lamat. “Mama berjanji mulai hari ini akan meluangkan lebih banyak waktu
untuk Suti.” (hal. 116)
13. Piala kuterima beberapa hari kemudian saat
diadakan pemberian hadiah secara khusus karena adanya musibah tersebut. (hal.
127)
B.
Kritik dan Saran
·
Kritik
1. Ceritanya melebih-lebihkan tentang keadaan
yang dialaminya.
2. Alur yang dipakai maju mundur membuat pembaca
bingung dengan alurnya.
3. Kertas yang digunakan kurang menarik peminat
pembaca.
·
Saran
1. Kertasnya lebih baik menggunakan kertas HVS.
2. Sebainyaknya menggunakan alur maju atau mundur
saja.
3. Sebaiknya penyusunan cerita tidak
melebih-lebihkan pada kenyataan.
0 komentar:
Posting Komentar